Senin, 22 November 2010

Mati, Hidup, Mati, Hidup…

Alloh berfirman dalam QS Al-Baqoroh 28:
“Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu di kembalikan.

Dalam ayat ini Alloh menyatakan bahwa manusia tidak mungkin Kafir (ingkar) kepada Alloh, karena pada dasarnya manusia adalah makhluq ciptaan-Nya dan mengalami proses yang sudah pasti yaitu MATI-HIDUP-MATI dan HIDUP.
Bersyukurlah kepada Alloh, yang telah menjadikan kita sebagai menusia, bukan makhluq ciptaan lainnya. Namun sebagai manusia, kita memiliki konsekuensi yakni mengalami proses MATI- HIDUP-MATI dan HIDUP. Hal ini berbeda dengan makhluq lain, misalnya langit, binatang atau tumbuhan yang mungkin hanya mengalami proses ADA lalu MATI, selesai.
Dalam proses penciptaannya, awal mula manusia hanyalah benda mati berupa air mani yang hina, kemudian menjadi darah dan segumpal daging dalam rahim seorang ibu. Lalu Alloh SWT  meniupkan ruh (Hidup) dan terlahirlah di dunia. Setelah hidup di dunia, manusia akan menghadapi kematian kedua pada waktu yang tidak ada yang mengetahuinya selain Alloh SWT.
Konsekuensi lebih lanjut, karena kita akan menjelang kematian, seyogyanya mengumpulkan bekal yang cukup sebagai persiapan pertanggungjawaban di akhirat kelak. Janganlah menjadi orang kafir yang digambarkan Alloh dalam al-Quran. Saat Alloh memanggil orang kafir, meraka berteriak keras karena tidak menyangka akan hidup kembali. Mereka berkata, Ya Alloh jika ternyata engkau menghidupkanku kembali untuk pertanggungjawaban, niscara aku tidak sanggup menjadi manusia, jadikanlah aku tanah saja.
Sikap manusia terhadap proses kematian dan kehidupan kedua ini, ada dua golongan. Ada golongan yang mempersiapkannya dengan baik dan ada golongan yang sebaliknya.  Bagi kita, seyogyanya mencontoh sikap para sahabat yang tidak takut atau cemas menghadapi kematian karena telah memiliki bekal yang cukup untuk menjalaninya.
Saat Nabi sakaratul maut, ia dikelilingi sahabat dan keluarganya. Nabi memanggil putrinya Fatimah untuk mendekat, lalu membisikan sesuatu ke telinga Fatimah. Fatimah pun menangis. Lalu nabi memanggil kembali Fatimah dan membisikaan yang kedua kali. Fatimah pun tersenyum. Melihat peristiwa ini, para sahabat bertanya, ada apa wahai Fatimah, engkau menangis, lalu engkau tersenyum?.
Fatimah-pun menjawab, saat pertama kali rosul berbisik, ia mengatakan, sebentar lagi aku akan dipanggil Alloh. Sebagai anak, saya merasa sedih dan menangis karena akan ditinggalkan ayah tercinta.  Namun, saat bisikan kedua akau tersenyum, karena rosul berkata, “Engkau adalah putri pertama yang akan menyusul kepergianku”.
Fatimah dan para sahabat lainnya tidak gentar atau takut atas kematian, bahkan dia tersenyum untuk menjemputnya. Mereka yakin bahwa manusia mau tidak mau, pasti akan mengalami kematian kedua. Dan konsekuensinya mempersiapkan amal ibadah sebaik mungkin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar